Penatalaksanaan DM : Olahraga



1.      Adaptasi Fisiologi pada Olahraga
a.    Pada Orang Normal
Energi yang dibutuhkan pada waktu berolahraga terutama berasal dari glukosa dan asam lemak bebas. Pada awal kegiatan olahraga kedua bahan tersebut merupakan sumber yang utama, namun pemakaian glukosa pada tingkat ini lebih cepat. Enersi pada awal berolahraga berasal dari cadangan ATP-PC otot, setelah itu didapatkan dari cadangan glikogen otot, selanjutnya berulang digunakan glukosa. Bila olahrga berlangsung terus maka enersi hepar (glykogenolisi). Bila kegiatan olahraga berlangsung lebih dari 30 menit maka seumber enersi utama adalah asam lemak bebas, uang berasal dari lipolosis jaringan adiposa (glucose sparing).
Tersedianya glukosa dan asam lemak bebas diatur oleh berbagai macam hormon terutama insulin, juga katekolamin, kortisol, glukagon, dan Growth Hormon (GH).selama berolahraga sekresi glukagon akan meningkat demikian pula katekolamin untuk meningkatkan glikogenolisis dan juga ditemukan peningkatan kortisol.
Kortisol meningkatkan katabolsme protein membebaskan asam amino yang digunakan pada glukoneogenesis. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah glukosa plasma melalui peningkatan proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. GH meningkatkan mobilisasi asam lemak bebas dan menurunkan ambilan glukosa oleh sel, sehingga sel menggunakan lebih sedikit glukosa. Hormon tiroid juga ikut berperan untuk merangsang katabolisme glukosa dan metabolisme lemak.
Terjadinya perubahan pengaturan hormonal pada waktu brolahraga brgantung pada berat lamanya olahraga. Pada olahraga ringan (VO2max <50%) tidak terjadi peningkatan katekolamin. Sedangkan pada olahraga berat (VO2max >75%) terjadi peningkatan katekolamin.
Pada olahraga yang sangat berat (VO2max = 98%) terjadi peningkatan nor-epinefrin hingga dua kali lipat, dan epinefri hanya meningkat sedikit. Peningkatan kadar nor-epinefrin adalah untuk mempertahankan keseinmabangan suplai bahan metabolik sebab nor-epinefrin menghambat sekresi insulin. Pada waktu yang sama terjadi perangsangan sekresi glukagon dan GH. Nor-epinefrin meningkatkan proses lipolisis dan glikogenolisis. Pada olahraga sedang glukagon sedikit meningkat, sedangkan pada olahraga berat peningkatan lebih nyata.
Pada pase pemulihan post-exercise terjadi engisian kembali cadangan glikogen otot dan hepar. Lama pengisian tergantung kepada berat atau ringannya latihan yang dilakukan. Aktivitas glikogenik berlangsung terus sampai 12-24 jam post-exercise  dan insulin dependent.
b.   Pada Diabetisi
Pada orang normal perubahan metabolik yang terjadi akibat berolahraga sesuai dengan lama, beratnya latihan dan tingkat kebugaran. Hal yang sama juga terjadi pada diabetisi namun selain itu dipengaruhi pula  oleh kadar insuin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh. 
Pada diabetisi tidak terkendali, olahraga akan menyebabkan terjadinya pnngkatan g;ikoa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Pada suatu penelitian didapatkan bahwa diabetisi tidak terkontrol dengan glukosa darah sekitar 332 mg/dl, olahraga tidak menguntungkan malah berbahaya. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya peningkatan glukagon plasma dan kortisol, yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya benda keton. Sebaiknya bila diabetisi ingin berolahraga, kadar glukosa darah tidak lebih dari 250 mg/dl
Ambilan glukosa oleh jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, karena itu disebut sebagai jaringan insulin-dependent. Sedangkan pada otot yang aktif, walaupun kbutuhan otot terhadap glukosa meningkat, tidak disertai peningkatan kadar insulin. Hal ini mungkin dsebabkan oleh meningkatnya kepekaan resptor insulin yang aktif pada waktu berolahraga. Oleh karena itu otot yang aktif disebut sebagai jaringan non-insulin dependent. Peningkatan kepekaan ini berakhir hingga cukup lama setelah masa latihan berakhir. Selain beberapa teori yang ada mengenai penyebab terjaidnya resitensi insulin, didapatkan sebuah teori yang menjelaskan penyebab peningkatan sensitivitas insulin pada saat berolahraga. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu pada waktu berolahraga blood flow (BF) meningkat, ini menyebabkan lebih banyak jalan-jalan kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan akti
Sekresi katekolamin pada diabetisi sangat bervariasi bergantung kepada keadaan metabolik diabetisi, ada atau tidaknya mikroangiopati atau neuropati. Olahraga pada diabetisi terkendali menyebabkan peningkatan sekresi katekolamin. Sedangkan pada diabetisi yang tidak terkendali akan menyebabkan peningakatan noreprinefrin sebesar 800 kali. Akibat peningkatan ini, terjadi penigakatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung, selanjutnya dapat terjadi mikroangiopati. Olaharaga pada diabetisi tidak terkedali akan menyebabkan pula terjadinya peningkatan kadar kortisol lebih cepat.
2.      Manfaat Olahraga
Sesungguhnya apa yang terjadi ketika seseorang berolahraga ? pada saat berolahraga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, penglepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf otonom .
Pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit sekali memakai glukosa sebagai sumber bahan bakar sedangkan pada saat berolahraga glukosa dan lemak akan merupakam sumber energi utama. Setelah berolahraga selama 10 menit glukosa akan menigkat selama 15 kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa. Setelah 60 menit dapat meningkatkan sampai 35 kali.
Manfaat olahraga bagi diabetisi antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan , ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,gangguan lipid darah, peningakatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.  Keadaan-keadaan ini mengurangi resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan sevara psikologis.
Menurut Chevau dan Kaufman (1889), olahraga pada diabetisi dapat menyebabkan terajdinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktuf, sehingga secara langsung olahraga dapat menyebakan penurunan glukosa darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil penelitian Allen dkk. Olaharag aeribik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50% pada diabetisi tipe 1 yang terkontrol dengan baik, sedangkan pada diabetisi tipe 2 yang dikombinaskian sengan penurunan BB  akan mengurangi kebutuhan insulin sehingga 100 % .
a.      Manfaat Olahraga pada DM Tipe 1
Peran olahraga teratur pada pengaturan kadar glukosa darah atau (glycemic control) pada DM tipe 1 masih kontroversial. Perbedaannya dengan tipe 2 adalah DM tipe 1 mempunyai kadar insulin darah yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas. DM tipe 1 mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera sesudah berolahraga sebab hepar gagal untuk melepaskan glukosa sesuai dengan laju kebutuhan.
Pada DM tipe 1 derajat pengaturan kadar glukosa darah akibat olahraga sangat bervariasi artinya pada diabetisi tertentu olahraga akan menyebabkan terjadinya pengaturan kadar glukosa darah dengan baik sedangkan pada diabetisi lain pengaturan kadar glukosa tidak demikian, jadi efek olahraga pada DM tipe ini sangat individual. Meskipun didapatkan bahwa olahraga tidak begitu besar mempengaruhi glycemic control pada banyak diabetisi tipe 1 tetapi didapatkan keuntungan lain. Seperti diketahui risiko penyakit jantung, gangguan pembuluh darah perifer dan syaraf pada DM tipe 1 lebih tinggi. Dengan berolahraga diharapkan akan mengurangi risiko tersebut.
Olahraga pada DM tipe 1 dengan defisiensi insulin berat, akan menyebabkan gangguan metabolik semakin jelek (terjadi hiperglikemia) dan ketoasis semakin meningkat.
b.      Manfaat Olahraga Pada DM Tipe 2
Pada DM tipe 2, olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit ini. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respon reseptor terhadap insulin. Karena adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu transfer glukosa kedalam sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama. Oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus dan teratur. Olahraga pada DM tipe 2 selain bermanfaat sebagai glcemic control juga bermanfaat untuk menurunkan BB.
Mardi Santoso (2008: XII-XIII) menyatakan bahwa olahraga secara umum bermanfaat bagi penderita DM, manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe II, sedangkan bagi DM tipe I masih merupakan problematik.
b.      Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM.
c.       Menurunkan berat badan.
d.      Memperbaiki gejala-gejala muskuloskeletal otot, tulang sendi, yaitu gejala-gejala neuropati perifer dan osteoartrosis.
e.       Memberikan keuntungan psikologis.
f.       Mencegah terjadinya DM yang dini, terutama bagi orang-orang dengan riwayat keluarga DM tipe II dan diabetes kehamilan atau predicable test.
g.      Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin.
3.      Prinsip Olahraga Bagi Diabetisi
Prinsip olahraga pada diabetisi sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu memenuhi hal berikut ini yaitu : frekuensi, intensitas, time durasi dan tipe atau jenis.
Pada diabetisi olahraga yang dipilih sebaiknya olahraga yang disenangi, dan yang mungkin untuk dilakukan untuk diabetisi, disamping itu selain dapat meningkatkan kesehatan juga dapat meningkatkan kebugaran diabetisi. Olahraga yang dilakukan hendaknya melibatkan otot-otot besar dan sesuai dengan keinginan agar manfaat olahraga dapat dirasakan secara terus-menerus. Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dan dilakukan pada saat yang dirasa menyenangkan. Pada diabetisi tipe 1, olahraga lebih baik dilakukan pagi hari, hindari olahraga malam hari. Secara ringkas perlu diperhatikan F.I.T.T, yaitu :
Frekuensi       : Jumlah olahrag perminggu sebaiknya dilakukan secara                teratur 3-  5 kali perminggu
Intensitas        : ringan dan sedang yaitu 60%-70% MHR (maximum heart     rate)
Time (Durasi) :  30-60 menit
Tipe (Jenis)     :Olahraga endurans (erobik) untuk meningkatkan     kemampuan kardio respirasi seperti jalan, joging, bersenang dan sepeda.
Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan Maximun Hart Rate (MHR) yaitu : 220 – umur. Setelah MHR didapatkan dapat ditentukan Target Hart Rate (THR). Misalnya intensitas latihan yang diprogramkan diabetisi berusi 50 tahun sebesar 60%-70% maka THR = 60% x (220-50) = 102. Sedangkan THR 70% adalah : 70% x (220-50) = 119. Dengan demikian bila diabetisi ini akan berolahraga denyut nadi sebaiknya berada diantara 102-119 x permenit.
Hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan olahraga adalah tahap-tahap urutan kegiatan berikut ini :
a.    Pemanasan (warm-up)
Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya, seperti menaikan suhu   tubuh, meningkatkan denyut nadi secara bertahap tidak meningkat secara mendadak. Selain itu pemanasan pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadi cedera akibat berolahraga. Lama pemanasan cukup 5-10 menit.
b.   Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini denyut nadi diusahakan mencapai THR agar latihan bernar-benar bermanfaat. Bila THR tidak tercapai maka latihan tidak akan bermanfaat, bila melebihi THR akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.
c.    Pendinginan (cooling-down)
Sebaiknya setelah selesai melakukan olahraga dilakukan pendinginan, untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudahnya berolahraga atau pusing-pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. Bila olahraga yang dilakukan adalah jooging maka pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk beberapa menit. Bila bersepeda, tetap mengayuh tanpa beban. Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit, hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.
d.   Peregangan (stretching)
Hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang dan lebih elastis. Komponen ini lebih penting bagi diabetisi usia lanjut.
Bagi diabetisi yang sebelumnya tidak pernah atau jarang berolahraga sebaiknya mulai secara bertahap, perlahan dan setelah merasa tidak berat bisa ditingkatkan baik intensitas maupun durasinya. Misalnya mulai dengan jalan 5menit lalu 1-2 minggu kemudian tambahan lagi 5menit demikian seterusnya hingga sesuai dengan yang dianjurkan 30-60 menit, 3-5 sekali perminggu. Bahkan dapat dilakukan dapat dilakukan selama 10menit dibagi 2-3 sekali sehari, atau 15menit, 2xsehari.
4.      Perencanaan Suatu Kegiatan Olahraga bagi Diabetisi
Pada saat diabetisi akan mengikuti suatu kegiatan olahraga sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan (medis) dan faal (kebugaran) terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kebugaran serta kondisi metabolik dan diabetisi. Hal ini merupakan hal yang paling penting diketahui sebelum dokter atau edukator membuat suatu program latihan bagi diabetisi. Sebagai pusat pelayanan kesetan primer sebaiknya dokter dipuskesmas mampu merencanakan dan membimbing pelaksanaan suatu kegiatan olahraga. Demikian pula dirumah sakit sebagai pelayanan sekunder/tersier diharapkan para edukator dapat merencanakan membimbing dan mengawasi secara lebih ketat di diabetisi yang dirujuk pusat pelayanan primer. Perencanaan, pengawasan dan evaluasi program latihan baik dipelayanan primer maupun dipelayanan sekunder/tersier perencanaan dan pengawasan yang lebih ketat diperlukan terutama kondisi metabolik/vaskuler mengingat diabetisi yang dilayani oleh pusat pelayanan sekunder/tersier adalah rujukan. Pemeriksaan awal dilakukan lebih detail dsesuai dengan beratnya kondisi diabetisi komplikasi yang ada.

a.      Pemeriksaan Awal :
1)      Pemeriksaan kesehatan medis :
a)      Pemeriksaan fisik dan ekg termasuk pula : pemeriksaan pada mata, syaraf, dan tekanan darah.
b)      Pemeriksaan laboratorium : darah (kadar lipid darah dan glycohemoglobin) serta urin.
2)      Pemeriksaan kebugaran :
a)      Pemeriksaan kemampuan kardiovaskular ( endurans jantung paru ) dapat dilakukan dengan menggunakan :
(1)   Ergocycle (metode astrand) + EKG
(2)   Treadmill (metode bruce)
(3)   Dilapangan dengan memakai tes jalan atau lari
b)      Pemeriksaan lemak tubuh :
Dapat dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper pemeriksaan ini penting bagi diabetisi yang obes.
b.      Pembuatan Program Latihan ( Exsercise Presciption )
Mengacu pada prinsip olahraga atau prinsip latihan yang sudah dijelaskan sebelumnya selian itu pembuatan program latihan harus mengacu pada hasil pemeriksaan awal, misalnya : kemampuan kardiovaskular rendah dan diabetisi tidak pernah atau jarang berolahraga tentunya intensitas latihan yang dianjurkan adalah intensitas latihan bagi pemula atau sedentari yaitu : intensitas ringan 60%-70%. Makin lanjut usia diabetisi intensitas latihan awal sebaiknya lebih rendah. Demikian pula beberapa hal lain perlu diperhatikan seperti durasi, jenis olahraga yang dianjurkan. Kondisi muskuloskeletal perlu diperhatikan pula terutama pada diabetisi usia lanjut agar olehraga tidak menimbulkan cedera yang dapat menghambat kelanjutan kegiatan olehraga atau motivasi diabetisi. Intensitaa latihan sangat ditentukan pula oleh berat ringanya penyakiit yang diderita diabetisi, hal ini dapat dilihat dari kadar glukosa darah keperluan insulin, komplikasi atau penyakit lain yang ada misalnya hipertensi.

c.       Pengawasan
Dokter atau edukator perlu mengetahui parameter atau indikator yang perlu dimonitor sebelum selama dan setelah seorang diabetisi berolahraga. Keluhan subjektif seperti rasa lemas, lelah dan pusing perlu dicatat dan dipantau petunjuk objektif seperti kadar glukosa darah, denyut nadi, tekanan darah, jumlah dan irama pernafasan serta keluhan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Pada diabetisi tipe 1, bila glukosa darah lebih besar dari 250 md/dl dengan keton atau darah di urin akan meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat pada saat mulai berolahraga dan akan menyebabkan terjadinya ketosis. Bila hal ini terjadi sebiknya olahraga ditunda dan harus diberikan insulin untuk mengatur kadar glukosa darah agar menjadi normal. Bil kadar glukosa darah kurang dari 100 mg/dl dan 60-90 menit sebelumnya telah disuntikan insulin, sebaiknya diberi karbohidrat sebelum dan selama olahraga untuk menghidari hipoglikemia jangan lupa mencatat secara rutin denyut nadi setiap bangun pagi sebelum turun dari tempat tidur. Bila terdapat peningkatan lebih dari 10 x/menit sebiknya diabetisi istirahat, tidak berolahraga. Diabetisi yang tidak menggunakan insulin perlu pula menyediakan makanan ekstra sebelum berolahraga misalnya sepotong buah, setengah cangkir susu atau jus atau sepotong kecil kue. Olahraga dapat menurunkan kadar glukosa darah, tetapi apabila kadar glukosa darah sangat tinggi yang terjadi adalah sebaliknya yaitu glukosa darah akan semakin tinggi demikian juga yang terjadi bila diabetisi melakukan olahraga yang berat meskipun dalam olahraga yang singkat. Oleh karena itu perlu dilakukan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah olahraga. Pada awalnya dapat dilakukan dua klai pemeriksaan sebelum berolahraga yaitu 30 menit dan saat akan mulai berolahraga. Bila kadar glukosa darah menigkat sebaiknya menunggu hingga stabil bila rendah perlu diberikan makan rendah pemeiksaan kadar glukosa darah sangat dianjurkan pada :

1)      Diabetisi yang baru pertama kali berolahraga
2)      Diabetisi yang merasa glukosa darahnya turun
3)      Diabetisi yang akan berolahraga lebih dari 1 jam (boleh dilakukan pemeriksaan setiap 30 menit).
Selain itu diabetisi sebiaknya tidak berolahraga bila sedang sakit, sesak nafas, cedera berat, pusing, tekanan darah tidak normal, lemas, mata kabur, nyeri pada dada, leher, bahu dan rahang.
d.      Evaluasi
Agar diabetesi merasakan manfaat olahraga bagi dirinya,perlu dilakukan evaluasi berkala yang waktunya bergantung kepada kondisi diabetisi dan kemampuan setempat.artinya bila diabetisi ringan tanpa komplikasi evaluasi dapat dilakukan setiap 3-4 bulan, sedangkan pada diabetisi berat evaluasi perlu dilakukan lebih cepat misalnya: setiap dua minggu atau satu bulan terutama pada awal program latihan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada evaluasi adalah komponen kebugaran yang diperiksa sebelum olahraga,parameter atau indikator yang perlu,ditentukan pada setiap perencanan evaluasi.penentuan tergantung kepada perkiraan adanya perubahan yang akan dipantau,misalnya kemampuan kardiovaskuler perlu memperhatikan perubahan bila diabetisi mulai berolahraga selama dua minggu.diberbagai perpustakaan dikatakan bahwa perubahan kemampuan kardiovaskuler dapat dirasakan atau dicatat setelah 8 minggu berolahraga secara teratur. Hasil pemeriksaan berkala dapat digunakan untuk memantau ketepatan program pelatihan,juga untuk juga untuk melihat kemajuan latihan dengan membandingkan nya dengan pemeriksaan awal.bila perlu dapat dilakukan penyesuaian program latihan kembali.
5.      Bahaya atau Risiko Olahraga Diabetisi
Pada diabetisi yang mendapat terapi insulin, keadaan hipogklimia disertai dengan kadar insulin yang berlebihan merupakan keadaan yang perlu mendapat perhatian ketika berolahraga terutama pada waktu pemulihan. Kemungkinan terjadinya hal ini lebih besar bila insulin disuntukan pada lengan atau kaki sebelum berolahraga, sebagai akibat meningkatnya hantaran insulin melalui darah karena efek pemompaan otot pada waktu berkontraksi oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum berolahraga dilakuakan di daerah abdomen juga di anjurkan agar olahraga dilakukan setelah makan ketika kadar glukosa darah pada puncaknya.
1.


Dapat memperburuk gangguan metabolik
·      Hindari olahraga berat,latihan beban dan olahraga kontak (tinju,yudo) terutama bila terdapat retinopati proliferatif akut
·      Usahan agar intake cairan cukup
2.
Hipoglikemi akibat olahraga (exercise induced hypoglicemia) pada diabetisi tipe 1
·      Monitor kadar glukosa darah
·      Hindari pemberian insulin pada bagian tubuh yang akan aktif (dapat diberikan di abdomen)
·      Kurangi dosis insulin dan / atau tingkatkan intake makanan pada waktu berolahraga
·      Hindari olahraga pada saat kadar insulin berada pada puncaknya
·      Perlu diberikan snak karbohidrat sebelum,sedang dan sesudah melakukan olahraga
·      Melakukan olahraga teratur
·      Cepat tanggap pada gejala yang timbul

3.
Gangguan pada kaki
·      Kenakan sepatu yang sesuai
·      Kaki diusahakan agar selalu bersih dan kering

4.
Komplikasi kardiovaskuler
·      Diperlukan pemeriksaan medis sebelum olahraga
·      Lakukan pemeriksaan EKG kerja
·      Program olahraga individual
·      Pemeriksan labolaturium secara rutin
5.
Cedera muskoloskeletal
·      Pilihlah olahraga yang sesuai atau tepat
·      Tingkatkan intensitas latihan sedikit demi sedikit dan bertahap
·      Jangan lupa melakukan pemanasan dan pendinginan
·      Hindari olahraga berat dan berlebihan

Pada olahraga yang lama dengan defisiensi insulin disertai kondisi metabolic yang tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan pelepasan glukosa dari hepar,disertai peningkatan benda-benda keton.oleh karena itu perlu adanya pengawasan yang ketat pada pengaturan diet dan pemberian insulin sebelum diabetes mulai berolahraga.dengan demikian saat merencanakan program latihan atau olahraga bagi penderita diabetes,ada bberapa hal yang penting untuk dipertahatikan,yaitu:
a.    Ketahui kontraindikasi dan keterbatasan diabetes
b.    Harus realistik sebab diabetisi akan melakukan olahraga secara teratur apabila deabitisi merasakan manfaat dan menyenanginya
c.    Peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap
d.   Ingatkan risiko terjadinya hipoglikemia
e.    Ingatkan bahwa olahraga atau beraktifitas fisik apa saja lebih baik dari pada tidak melakukan sama sekali
6.      Hal yang Harus Diperhatikan Diabitisi Sebelum Berolahraga
Setelah mengetahui berbagai perubahan fisiologis yang terjadi pada diabetisi pada saat berolahraga,manfaat,prinsip dan bahaya berolahraga;ada beberapa tip yang dapat diberikan,antara lain:
a.    Untuk menghindari hipoglikemia lakukan olahraga yang teratur,intake makanan dan cairan yang cukup serta pemakaian obat-obatan yang tepat/sesuai.
b.    Bila kadar glukosa darah sebelum berolahraga 100-250 mg/dl dan akan berolahraga selama lebih dari 1 jam maka dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kecil setiap 30-60 menit,makanan kecil 10-15 gr,dikonsumsi 15-30 menit sebelum berolahraga.
c.    Bila kadar glukosa darah <100mg/dl,dibutuhkan makanan ekstra(25gr)sedangkan bila kadar glukosa darah 100-250 mg/dl,dan hanya akan berolahraga selama kurang dari 1 jam,tidak diperlukan makanan ekstra.
d.   Akibat efek olahraga terhadap penggunaan insulin oleh sel tubuh,sebaiknya diabetisi tipe 1 mengurangi dosis insulin dan meningkatkan asupan makan mengawali olahraga.
e.    Olahraga harus segera dihentikan pada awal ada gejala hipoglikemi.
f.     Kenakan sepatu yang sesuai,perhatikan perawatan dan kebersihan kaki
g.    Lakukan pemeriksaan medis dan EKG kerja sebelum memulai olahraga
h.    Program olahraga disususn sesuai beratnya penyakit dan tingkat kebugaran diabetisi.
i.      Rencanakan pemeriksaan berkala untuk evaluasi program latihan
7.      Jenis-jenis Olahraga untuk Pasien DM
Memang ada beberapa macam olahraga yang cocok untuk penderita diabetes melitus. Aerobik merupakan salah satu jenis olahraga yang cocok dilakukan oleh penderita DM secara rutin. Alasannya adalah karena olahraga tersebut memiliki tempo atau irama yang stabil.
Olahraga yang memiliki irama stabil seperti aerobik tidak akan membebani tugas organ jantung dan paru-paru. Selain aerobik, masih ada beberapa macam olahraga yang cocok untuk penderita diabetes. Berikut adalah contoh olahraga yang baik bagi penderita DM:
a.     Jalan cepat
b.     Jogging
c.      Bersepeda
d.     Berenang
e.      Senam
f.      Streching
g.      Latihan Kaki
Selain itu, melakukan pekerjaan rumah tangga juga termasuk sebagai olahraga yang baik dilakukan oleh penderita diabetes melitus.
Latihan Kaki
Untuk mencegah atau menghambat dan memperbaiki neuropati perifer pada
umumnya dan pada orang tua yang sudah menderita osteoartrosis dan neuropati, maka latihan kaki harus lebih intensif. Tujuan latihan kaki adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah tungkai bawah pergelangan kaki, telapak kaki dan jari-jari. Latihan kaki sebaiknya dilakukan sebelum latihan jasmani sebenarnya (jalan, jogging dan sebagainya) atau diluar hari-hari latihan dan dapat dilakukan dimana saja.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum latihan menurut (Arcole Margatan, 1995: 100) adalah sebagai berikut:
1)    Berkonsultasilah dengan dokter yang menangani DM anda.
2)    Sesuaikan obat-obat yang anda pakai dengan latihan-latihan olahraganya.
3)    Kalau perlu, masukkan karbohidrat bisa ditambah.
4)   Bila anda berlatih dengan seorang instruktur, katakan kepada pelatih anda itu bahwa anda adalah seorang penderita DM.
5)   Bawalah serta coklat yang dapat segera digunakan, seandainya terjadi hipoglikemi untuk menanggulanginya.
6)   Sebaiknya berlatih bersama teman yang sewaktu-waktu bisa menolong anda apabila terjadi hal-hal yang tak terduga.
Beberapa Catatan
1)   Memakai pakaian olahraga, kaos kaki yang nyaman dan biasanya dari katun cukup baik.
2)   Hindarkan latihan di udara terlalu panas atau terlalu dingin.
3)   Pada keadaan gula sangat tinggi sebaiknya latihan dihindarkan.
4)   Minum harus cukup pada saat dan sesudah olahraga.
5)   Kaki harus diperhatikan setiap selesai latihan ada lecet/luka?
6)   Penderita yang mendapat terapi insulin dan obat penurun gula darah (OHO) sebaiknya pasien diperiksa gula darah sebelum, selama, dan sesudah latihan, terutama pasien DM tipe I dan DM tipe II yang mendapat insulin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Gangguan Menstruasi

Makalah Keperawatan Anak Dengan Meningitis