Penatalaksanaan DM : Olahraga
1.
Adaptasi
Fisiologi pada Olahraga
a.
Pada
Orang Normal
Energi
yang dibutuhkan pada waktu berolahraga terutama berasal dari glukosa dan asam
lemak bebas. Pada awal kegiatan olahraga kedua bahan tersebut merupakan sumber
yang utama, namun pemakaian glukosa pada tingkat ini lebih cepat. Enersi pada
awal berolahraga berasal dari cadangan ATP-PC otot, setelah itu didapatkan dari
cadangan glikogen otot, selanjutnya berulang digunakan glukosa. Bila olahrga
berlangsung terus maka enersi hepar (glykogenolisi). Bila kegiatan olahraga
berlangsung lebih dari 30 menit maka seumber enersi utama adalah asam lemak
bebas, uang berasal dari lipolosis jaringan adiposa (glucose sparing).
Tersedianya
glukosa dan asam lemak bebas diatur oleh berbagai macam hormon terutama
insulin, juga katekolamin, kortisol, glukagon, dan Growth Hormon (GH).selama
berolahraga sekresi glukagon akan meningkat demikian pula katekolamin untuk
meningkatkan glikogenolisis dan juga ditemukan peningkatan kortisol.
Kortisol
meningkatkan katabolsme protein membebaskan asam amino yang digunakan pada
glukoneogenesis. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah glukosa plasma
melalui peningkatan proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. GH meningkatkan
mobilisasi asam lemak bebas dan menurunkan ambilan glukosa oleh sel, sehingga
sel menggunakan lebih sedikit glukosa. Hormon tiroid juga ikut berperan untuk
merangsang katabolisme glukosa dan metabolisme lemak.
Terjadinya
perubahan pengaturan hormonal pada waktu brolahraga brgantung pada berat
lamanya olahraga. Pada olahraga ringan (VO2max <50%) tidak terjadi
peningkatan katekolamin. Sedangkan pada olahraga berat (VO2max >75%) terjadi
peningkatan katekolamin.
Pada
olahraga yang sangat berat (VO2max = 98%) terjadi peningkatan nor-epinefrin
hingga dua kali lipat, dan epinefri hanya meningkat sedikit. Peningkatan kadar
nor-epinefrin adalah untuk mempertahankan keseinmabangan suplai bahan metabolik
sebab nor-epinefrin menghambat sekresi insulin. Pada waktu yang sama terjadi perangsangan
sekresi glukagon dan GH. Nor-epinefrin meningkatkan proses lipolisis dan
glikogenolisis. Pada olahraga sedang glukagon sedikit meningkat, sedangkan pada
olahraga berat peningkatan lebih nyata.
Pada
pase pemulihan post-exercise terjadi engisian kembali cadangan glikogen otot
dan hepar. Lama pengisian tergantung kepada berat atau ringannya latihan yang
dilakukan. Aktivitas glikogenik berlangsung terus sampai 12-24 jam post-exercise dan insulin
dependent.
b.
Pada
Diabetisi
Pada
orang normal perubahan metabolik yang terjadi akibat berolahraga sesuai dengan
lama, beratnya latihan dan tingkat kebugaran. Hal yang sama juga terjadi pada
diabetisi namun selain itu dipengaruhi pula
oleh kadar insuin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan
imbangan cairan tubuh.
Pada
diabetisi tidak terkendali, olahraga akan menyebabkan terjadinya pnngkatan
g;ikoa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Pada suatu penelitian
didapatkan bahwa diabetisi tidak terkontrol dengan glukosa darah sekitar 332 mg/dl,
olahraga tidak menguntungkan malah berbahaya. Keadaan ini diakibatkan oleh
adanya peningkatan glukagon plasma dan kortisol, yang pada akhirnya menyebabkan
terbentuknya benda keton. Sebaiknya bila diabetisi ingin berolahraga, kadar
glukosa darah tidak lebih dari 250 mg/dl
Ambilan
glukosa oleh jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, karena
itu disebut sebagai jaringan insulin-dependent. Sedangkan pada otot yang aktif,
walaupun kbutuhan otot terhadap glukosa meningkat, tidak disertai peningkatan
kadar insulin. Hal ini mungkin dsebabkan oleh meningkatnya kepekaan resptor
insulin yang aktif pada waktu berolahraga. Oleh karena itu otot yang aktif
disebut sebagai jaringan non-insulin dependent. Peningkatan kepekaan ini
berakhir hingga cukup lama setelah masa latihan berakhir. Selain beberapa teori
yang ada mengenai penyebab terjaidnya resitensi insulin, didapatkan sebuah
teori yang menjelaskan penyebab peningkatan sensitivitas insulin pada saat
berolahraga. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu pada waktu
berolahraga blood flow (BF) meningkat, ini menyebabkan lebih banyak jalan-jalan
kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan akti
Sekresi
katekolamin pada diabetisi sangat bervariasi bergantung kepada keadaan
metabolik diabetisi, ada atau tidaknya mikroangiopati atau neuropati. Olahraga
pada diabetisi terkendali menyebabkan peningkatan sekresi katekolamin.
Sedangkan pada diabetisi yang tidak terkendali akan menyebabkan peningakatan
noreprinefrin sebesar 800 kali. Akibat peningkatan ini, terjadi penigakatan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung, selanjutnya dapat terjadi
mikroangiopati. Olaharaga pada diabetisi tidak terkedali akan menyebabkan pula
terjadinya peningkatan kadar kortisol lebih cepat.
2. Manfaat Olahraga
Sesungguhnya apa
yang terjadi ketika seseorang berolahraga ? pada saat berolahraga terjadi
peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu
terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme,
penglepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf otonom .
Pada keadaan
istirahat metabolisme otot hanya sedikit sekali memakai glukosa sebagai sumber
bahan bakar sedangkan pada saat berolahraga glukosa dan lemak akan merupakam
sumber energi utama. Setelah berolahraga selama 10 menit glukosa akan menigkat
selama 15 kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa. Setelah 60 menit dapat
meningkatkan sampai 35 kali.
Manfaat olahraga
bagi diabetisi antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah
kegemukan , ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
aterogenik,gangguan lipid darah, peningakatan tekanan darah, hiperkoagulasi
darah. Keadaan-keadaan ini mengurangi
resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi
dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan sevara
psikologis.
Menurut Chevau
dan Kaufman (1889), olahraga pada diabetisi dapat menyebabkan terajdinya
peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktuf, sehingga secara langsung
olahraga dapat menyebakan penurunan glukosa darah. Demikian pula yang
didapatkan dari hasil penelitian Allen dkk. Olaharag aeribik yang teratur akan
mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50% pada diabetisi tipe 1 yang
terkontrol dengan baik, sedangkan pada diabetisi tipe 2 yang dikombinaskian
sengan penurunan BB akan mengurangi kebutuhan
insulin sehingga 100 % .
a.
Manfaat
Olahraga pada DM Tipe 1
Peran olahraga
teratur pada pengaturan kadar glukosa darah atau (glycemic control) pada DM
tipe 1 masih kontroversial. Perbedaannya dengan tipe 2 adalah DM tipe 1
mempunyai kadar insulin darah yang rendah akibat kurang atau tidak adanya
produksi insulin oleh pankreas. DM tipe 1 mudah mengalami hipoglikemia selama
dan segera sesudah berolahraga sebab hepar gagal untuk melepaskan glukosa
sesuai dengan laju kebutuhan.
Pada DM tipe 1
derajat pengaturan kadar glukosa darah akibat olahraga sangat bervariasi
artinya pada diabetisi tertentu olahraga akan menyebabkan terjadinya pengaturan
kadar glukosa darah dengan baik sedangkan pada diabetisi lain pengaturan kadar
glukosa tidak demikian, jadi efek olahraga pada DM tipe ini sangat individual.
Meskipun didapatkan bahwa olahraga tidak begitu besar mempengaruhi glycemic
control pada banyak diabetisi tipe 1 tetapi didapatkan keuntungan lain. Seperti
diketahui risiko penyakit jantung, gangguan pembuluh darah perifer dan syaraf
pada DM tipe 1 lebih tinggi. Dengan berolahraga diharapkan akan mengurangi
risiko tersebut.
Olahraga pada DM
tipe 1 dengan defisiensi insulin berat, akan menyebabkan gangguan metabolik
semakin jelek (terjadi hiperglikemia) dan ketoasis semakin meningkat.
b.
Manfaat
Olahraga Pada DM Tipe 2
Pada DM tipe 2,
olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Produksi insulin
umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit ini. Masalah
utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respon reseptor terhadap insulin. Karena
adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu transfer glukosa kedalam
sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Permeabilitas membran
terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat berolahraga
resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal
ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respon
ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap
atau berlangsung lama. Oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus
dan teratur. Olahraga pada DM tipe 2 selain bermanfaat sebagai glcemic control juga bermanfaat untuk
menurunkan BB.
Mardi Santoso
(2008: XII-XIII) menyatakan bahwa olahraga secara umum bermanfaat bagi
penderita DM, manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Mengontrol gula darah,
terutama pada DM tipe II, sedangkan bagi DM tipe I masih merupakan problematik.
b.
Menghambat dan memperbaiki
faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM.
c.
Menurunkan berat badan.
d.
Memperbaiki gejala-gejala
muskuloskeletal otot, tulang sendi, yaitu gejala-gejala neuropati perifer dan
osteoartrosis.
e.
Memberikan keuntungan
psikologis.
f.
Mencegah terjadinya DM yang
dini, terutama bagi orang-orang dengan riwayat keluarga DM tipe II dan diabetes
kehamilan atau predicable test.
g.
Mengurangi kebutuhan
pemakaian obat oral dan insulin.
3. Prinsip Olahraga Bagi Diabetisi
Prinsip olahraga
pada diabetisi sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu memenuhi
hal berikut ini yaitu : frekuensi, intensitas, time durasi dan tipe atau jenis.
Pada diabetisi
olahraga yang dipilih sebaiknya olahraga yang disenangi, dan yang mungkin untuk
dilakukan untuk diabetisi, disamping itu selain dapat meningkatkan kesehatan
juga dapat meningkatkan kebugaran diabetisi. Olahraga yang dilakukan hendaknya
melibatkan otot-otot besar dan sesuai dengan keinginan agar manfaat olahraga
dapat dirasakan secara terus-menerus. Olahraga sebaiknya dilakukan secara
teratur dan dilakukan pada saat yang dirasa menyenangkan. Pada diabetisi tipe
1, olahraga lebih baik dilakukan pagi hari, hindari olahraga malam hari. Secara
ringkas perlu diperhatikan F.I.T.T, yaitu :
Frekuensi : Jumlah olahrag
perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur 3- 5 kali perminggu
Intensitas : ringan dan
sedang yaitu 60%-70% MHR (maximum heart rate)
Time
(Durasi) :
30-60 menit
Tipe
(Jenis) :Olahraga
endurans (erobik) untuk meningkatkan kemampuan
kardio respirasi seperti jalan, joging, bersenang dan sepeda.
Untuk menentukan
intensitas latihan dapat digunakan Maximun Hart Rate (MHR) yaitu : 220 – umur.
Setelah MHR didapatkan dapat ditentukan Target Hart Rate (THR). Misalnya
intensitas latihan yang diprogramkan diabetisi berusi 50 tahun sebesar 60%-70%
maka THR = 60% x (220-50) = 102. Sedangkan THR 70% adalah : 70% x (220-50) =
119. Dengan demikian bila diabetisi ini akan berolahraga denyut nadi sebaiknya
berada diantara 102-119 x permenit.
Hal yang perlu
diperhatikan setiap kali melakukan olahraga adalah tahap-tahap urutan kegiatan
berikut ini :
a.
Pemanasan
(warm-up)
Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki latihan inti
dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki
latihan yang sebenarnya, seperti menaikan suhu
tubuh, meningkatkan denyut nadi secara bertahap tidak meningkat secara
mendadak. Selain itu pemanasan pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan
terjadi cedera akibat berolahraga. Lama pemanasan cukup 5-10 menit.
b.
Latihan
inti (conditioning)
Pada tahap ini denyut nadi diusahakan mencapai THR
agar latihan bernar-benar bermanfaat. Bila THR tidak tercapai maka latihan
tidak akan bermanfaat, bila melebihi THR akan menimbulkan resiko yang tidak
diinginkan.
c.
Pendinginan
(cooling-down)
Sebaiknya setelah selesai melakukan olahraga
dilakukan pendinginan, untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang
dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudahnya berolahraga atau
pusing-pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. Bila olahraga
yang dilakukan adalah jooging maka pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk
beberapa menit. Bila bersepeda, tetap mengayuh tanpa beban. Lama pendinginan
kurang lebih 5-10 menit, hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.
d.
Peregangan
(stretching)
Hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih teregang dan lebih elastis. Komponen ini lebih penting
bagi diabetisi usia lanjut.
Bagi diabetisi yang sebelumnya
tidak pernah atau jarang berolahraga sebaiknya mulai secara bertahap, perlahan
dan setelah merasa tidak berat bisa ditingkatkan baik intensitas maupun
durasinya. Misalnya mulai dengan jalan 5menit lalu 1-2 minggu kemudian tambahan
lagi 5menit demikian seterusnya hingga sesuai dengan yang dianjurkan 30-60
menit, 3-5 sekali perminggu. Bahkan dapat dilakukan dapat dilakukan selama
10menit dibagi 2-3 sekali sehari, atau 15menit, 2xsehari.
4. Perencanaan Suatu Kegiatan Olahraga
bagi Diabetisi
Pada
saat diabetisi akan mengikuti suatu kegiatan olahraga sebaiknya dilakukan
pemeriksaan kesehatan (medis) dan faal (kebugaran) terlebih dahulu untuk
menentukan tingkat kebugaran serta kondisi metabolik dan diabetisi. Hal ini
merupakan hal yang paling penting diketahui sebelum dokter atau edukator
membuat suatu program latihan bagi diabetisi. Sebagai pusat pelayanan kesetan
primer sebaiknya dokter dipuskesmas mampu merencanakan dan membimbing
pelaksanaan suatu kegiatan olahraga. Demikian pula dirumah sakit sebagai
pelayanan sekunder/tersier diharapkan para edukator dapat merencanakan
membimbing dan mengawasi secara lebih ketat di diabetisi yang dirujuk pusat
pelayanan primer. Perencanaan, pengawasan dan evaluasi program latihan baik
dipelayanan primer maupun dipelayanan sekunder/tersier perencanaan dan
pengawasan yang lebih ketat diperlukan terutama kondisi metabolik/vaskuler
mengingat diabetisi yang dilayani oleh pusat pelayanan sekunder/tersier adalah
rujukan. Pemeriksaan awal dilakukan lebih detail dsesuai dengan beratnya
kondisi diabetisi komplikasi yang ada.
a.
Pemeriksaan
Awal :
1) Pemeriksaan
kesehatan medis :
a) Pemeriksaan
fisik dan ekg termasuk pula : pemeriksaan pada mata, syaraf, dan tekanan darah.
b) Pemeriksaan
laboratorium : darah (kadar lipid darah dan glycohemoglobin) serta urin.
2) Pemeriksaan
kebugaran :
a) Pemeriksaan
kemampuan kardiovaskular ( endurans jantung paru ) dapat dilakukan dengan
menggunakan :
(1) Ergocycle
(metode astrand) + EKG
(2) Treadmill
(metode bruce)
(3) Dilapangan
dengan memakai tes jalan atau lari
b) Pemeriksaan
lemak tubuh :
Dapat dilakukan dengan
menggunakan skinfold caliper pemeriksaan
ini penting bagi diabetisi yang obes.
b.
Pembuatan
Program Latihan ( Exsercise Presciption )
Mengacu
pada prinsip olahraga atau prinsip latihan yang sudah dijelaskan sebelumnya
selian itu pembuatan program latihan harus mengacu pada hasil pemeriksaan awal,
misalnya : kemampuan kardiovaskular rendah dan diabetisi tidak pernah atau
jarang berolahraga tentunya intensitas latihan yang dianjurkan adalah
intensitas latihan bagi pemula atau sedentari yaitu : intensitas ringan
60%-70%. Makin lanjut usia diabetisi intensitas latihan awal sebaiknya lebih
rendah. Demikian pula beberapa hal lain perlu diperhatikan seperti durasi,
jenis olahraga yang dianjurkan. Kondisi muskuloskeletal perlu diperhatikan pula
terutama pada diabetisi usia lanjut agar olehraga tidak menimbulkan cedera yang
dapat menghambat kelanjutan kegiatan olehraga atau motivasi diabetisi.
Intensitaa latihan sangat ditentukan pula oleh berat ringanya penyakiit yang diderita
diabetisi, hal ini dapat dilihat dari kadar glukosa darah keperluan insulin,
komplikasi atau penyakit lain yang ada misalnya hipertensi.
c.
Pengawasan
Dokter
atau edukator perlu mengetahui parameter atau indikator yang perlu dimonitor
sebelum selama dan setelah seorang diabetisi berolahraga. Keluhan subjektif
seperti rasa lemas, lelah dan pusing perlu dicatat dan dipantau petunjuk
objektif seperti kadar glukosa darah, denyut nadi, tekanan darah, jumlah dan
irama pernafasan serta keluhan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Pada diabetisi
tipe 1, bila glukosa darah lebih besar dari 250 md/dl dengan keton atau darah
di urin akan meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat pada saat mulai
berolahraga dan akan menyebabkan terjadinya ketosis. Bila hal ini terjadi
sebiknya olahraga ditunda dan harus diberikan insulin untuk mengatur kadar
glukosa darah agar menjadi normal. Bil kadar glukosa darah kurang dari 100
mg/dl dan 60-90 menit sebelumnya telah disuntikan insulin, sebaiknya diberi
karbohidrat sebelum dan selama olahraga untuk menghidari hipoglikemia jangan
lupa mencatat secara rutin denyut nadi setiap bangun pagi sebelum turun dari
tempat tidur. Bila terdapat peningkatan lebih dari 10 x/menit sebiknya
diabetisi istirahat, tidak berolahraga. Diabetisi yang tidak menggunakan
insulin perlu pula menyediakan makanan ekstra sebelum berolahraga misalnya
sepotong buah, setengah cangkir susu atau jus atau sepotong kecil kue. Olahraga
dapat menurunkan kadar glukosa darah, tetapi apabila kadar glukosa darah sangat
tinggi yang terjadi adalah sebaliknya yaitu glukosa darah akan semakin tinggi
demikian juga yang terjadi bila diabetisi melakukan olahraga yang berat
meskipun dalam olahraga yang singkat. Oleh karena itu perlu dilakukan kadar
glukosa darah sebelum dan sesudah olahraga. Pada awalnya dapat dilakukan dua
klai pemeriksaan sebelum berolahraga yaitu 30 menit dan saat akan mulai
berolahraga. Bila kadar glukosa darah menigkat sebaiknya menunggu hingga stabil
bila rendah perlu diberikan makan rendah pemeiksaan kadar glukosa darah sangat
dianjurkan pada :
1) Diabetisi
yang baru pertama kali berolahraga
2) Diabetisi
yang merasa glukosa darahnya turun
3) Diabetisi
yang akan berolahraga lebih dari 1 jam (boleh dilakukan pemeriksaan setiap 30
menit).
Selain itu diabetisi
sebiaknya tidak berolahraga bila sedang sakit, sesak nafas, cedera berat,
pusing, tekanan darah tidak normal, lemas, mata kabur, nyeri pada dada, leher,
bahu dan rahang.
d.
Evaluasi
Agar
diabetesi merasakan manfaat olahraga bagi dirinya,perlu dilakukan evaluasi berkala
yang waktunya bergantung kepada kondisi diabetisi dan kemampuan
setempat.artinya bila diabetisi ringan tanpa komplikasi evaluasi dapat
dilakukan setiap 3-4 bulan, sedangkan pada diabetisi berat evaluasi perlu
dilakukan lebih cepat misalnya: setiap dua minggu atau satu bulan terutama pada
awal program latihan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada evaluasi adalah
komponen kebugaran yang diperiksa sebelum olahraga,parameter atau indikator
yang perlu,ditentukan pada setiap perencanan evaluasi.penentuan tergantung
kepada perkiraan adanya perubahan yang akan dipantau,misalnya kemampuan
kardiovaskuler perlu memperhatikan perubahan bila diabetisi mulai berolahraga
selama dua minggu.diberbagai perpustakaan dikatakan bahwa perubahan kemampuan
kardiovaskuler dapat dirasakan atau dicatat setelah 8 minggu berolahraga secara
teratur. Hasil pemeriksaan berkala dapat digunakan untuk memantau ketepatan
program pelatihan,juga untuk juga untuk melihat kemajuan latihan dengan
membandingkan nya dengan pemeriksaan awal.bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian program latihan kembali.
5.
Bahaya
atau Risiko Olahraga Diabetisi
Pada diabetisi yang
mendapat terapi insulin, keadaan hipogklimia disertai dengan kadar insulin yang
berlebihan merupakan keadaan yang perlu mendapat perhatian ketika berolahraga
terutama pada waktu pemulihan. Kemungkinan terjadinya hal ini lebih besar bila
insulin disuntukan pada lengan atau kaki sebelum berolahraga, sebagai akibat
meningkatnya hantaran insulin melalui darah karena efek pemompaan otot pada
waktu berkontraksi oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum
berolahraga dilakuakan di daerah abdomen juga di anjurkan agar olahraga
dilakukan setelah makan ketika kadar glukosa darah pada puncaknya.
1.
|
Dapat memperburuk gangguan metabolik
|
· Hindari
olahraga berat,latihan beban dan olahraga kontak (tinju,yudo) terutama bila
terdapat retinopati proliferatif akut
· Usahan
agar intake cairan cukup
|
2.
|
Hipoglikemi akibat olahraga (exercise induced hypoglicemia) pada
diabetisi tipe 1
|
· Monitor
kadar glukosa darah
· Hindari
pemberian insulin pada bagian tubuh yang akan aktif (dapat diberikan di abdomen)
· Kurangi
dosis insulin dan / atau tingkatkan intake makanan pada waktu berolahraga
· Hindari
olahraga pada saat kadar insulin berada pada puncaknya
· Perlu
diberikan snak karbohidrat sebelum,sedang dan sesudah melakukan olahraga
· Melakukan
olahraga teratur
· Cepat
tanggap pada gejala yang timbul
|
3.
|
Gangguan pada kaki
|
· Kenakan
sepatu yang sesuai
· Kaki
diusahakan agar selalu bersih dan kering
|
4.
|
Komplikasi kardiovaskuler
|
· Diperlukan
pemeriksaan medis sebelum olahraga
· Lakukan
pemeriksaan EKG kerja
· Program
olahraga individual
· Pemeriksan
labolaturium secara rutin
|
5.
|
Cedera muskoloskeletal
|
· Pilihlah
olahraga yang sesuai atau tepat
· Tingkatkan
intensitas latihan sedikit demi sedikit dan bertahap
· Jangan
lupa melakukan pemanasan dan pendinginan
· Hindari
olahraga berat dan berlebihan
|
Pada
olahraga yang lama dengan defisiensi insulin disertai kondisi metabolic yang
tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan pelepasan glukosa dari
hepar,disertai peningkatan benda-benda keton.oleh karena itu perlu adanya
pengawasan yang ketat pada pengaturan diet dan pemberian insulin sebelum
diabetes mulai berolahraga.dengan demikian saat merencanakan program latihan
atau olahraga bagi penderita diabetes,ada bberapa hal yang penting untuk
dipertahatikan,yaitu:
a. Ketahui
kontraindikasi dan keterbatasan diabetes
b. Harus
realistik sebab diabetisi akan melakukan olahraga secara teratur apabila
deabitisi merasakan manfaat dan menyenanginya
c. Peningkatan
intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap
d. Ingatkan
risiko terjadinya hipoglikemia
e. Ingatkan
bahwa olahraga atau beraktifitas fisik apa saja lebih baik dari pada tidak
melakukan sama sekali
6.
Hal
yang Harus Diperhatikan Diabitisi Sebelum Berolahraga
Setelah
mengetahui berbagai perubahan fisiologis yang terjadi pada diabetisi pada saat
berolahraga,manfaat,prinsip dan bahaya berolahraga;ada beberapa tip yang dapat
diberikan,antara lain:
a. Untuk
menghindari hipoglikemia lakukan olahraga yang teratur,intake makanan dan
cairan yang cukup serta pemakaian obat-obatan yang tepat/sesuai.
b. Bila
kadar glukosa darah sebelum berolahraga 100-250 mg/dl dan akan berolahraga
selama lebih dari 1 jam maka dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kecil setiap
30-60 menit,makanan kecil 10-15 gr,dikonsumsi 15-30 menit sebelum berolahraga.
c. Bila
kadar glukosa darah <100mg/dl,dibutuhkan makanan ekstra(25gr)sedangkan bila
kadar glukosa darah 100-250 mg/dl,dan hanya akan berolahraga selama kurang dari
1 jam,tidak diperlukan makanan ekstra.
d. Akibat
efek olahraga terhadap penggunaan insulin oleh sel tubuh,sebaiknya diabetisi
tipe 1 mengurangi dosis insulin dan meningkatkan asupan makan mengawali
olahraga.
e. Olahraga
harus segera dihentikan pada awal ada gejala hipoglikemi.
f. Kenakan
sepatu yang sesuai,perhatikan perawatan dan kebersihan kaki
g. Lakukan
pemeriksaan medis dan EKG kerja sebelum memulai olahraga
h. Program
olahraga disususn sesuai beratnya penyakit dan tingkat kebugaran diabetisi.
i. Rencanakan
pemeriksaan berkala untuk evaluasi program latihan
7.
Jenis-jenis
Olahraga untuk Pasien DM
Memang ada
beberapa macam olahraga yang cocok untuk penderita diabetes melitus. Aerobik
merupakan salah satu jenis olahraga yang cocok dilakukan oleh penderita DM
secara rutin. Alasannya adalah karena olahraga tersebut memiliki tempo atau
irama yang stabil.
Olahraga yang
memiliki irama stabil seperti aerobik tidak akan membebani tugas organ jantung
dan paru-paru. Selain aerobik, masih ada beberapa macam olahraga yang cocok untuk
penderita diabetes. Berikut adalah contoh olahraga yang baik bagi penderita DM:
a.
Jalan cepat
b.
Jogging
c.
Bersepeda
d.
Berenang
e.
Senam
f.
Streching
g.
Latihan Kaki
Selain itu,
melakukan pekerjaan rumah tangga juga termasuk sebagai olahraga yang baik
dilakukan oleh penderita diabetes melitus.
Latihan Kaki
Untuk mencegah atau menghambat dan memperbaiki neuropati perifer
pada
umumnya dan pada orang tua yang sudah menderita osteoartrosis dan
neuropati, maka latihan kaki harus lebih intensif. Tujuan latihan kaki adalah
untuk memperbaiki sirkulasi darah tungkai bawah pergelangan kaki, telapak kaki
dan jari-jari. Latihan kaki sebaiknya dilakukan sebelum latihan jasmani
sebenarnya (jalan, jogging dan sebagainya) atau diluar hari-hari latihan dan
dapat dilakukan dimana saja.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum latihan menurut (Arcole
Margatan, 1995: 100) adalah sebagai berikut:
1) Berkonsultasilah dengan dokter yang menangani DM anda.
2) Sesuaikan obat-obat yang anda pakai dengan latihan-latihan olahraganya.
3) Kalau perlu, masukkan karbohidrat bisa ditambah.
4) Bila anda berlatih dengan seorang instruktur, katakan kepada
pelatih anda itu bahwa anda adalah seorang penderita DM.
5) Bawalah serta coklat yang dapat segera digunakan, seandainya
terjadi hipoglikemi untuk menanggulanginya.
6) Sebaiknya berlatih bersama teman yang sewaktu-waktu bisa menolong
anda apabila terjadi hal-hal yang tak terduga.
Beberapa Catatan
1) Memakai pakaian olahraga, kaos kaki yang nyaman dan biasanya dari
katun cukup baik.
2) Hindarkan latihan di udara terlalu panas atau terlalu dingin.
3) Pada keadaan gula sangat tinggi sebaiknya latihan dihindarkan.
4) Minum harus cukup pada saat dan sesudah olahraga.
5) Kaki harus diperhatikan setiap selesai latihan ada lecet/luka?
6) Penderita yang mendapat terapi insulin dan obat penurun gula darah
(OHO) sebaiknya pasien diperiksa gula darah sebelum, selama, dan sesudah
latihan, terutama pasien DM tipe I dan DM tipe II yang mendapat insulin
Komentar
Posting Komentar